Rabu, 30 November 2016

Metodologi dan Pendekatan Pemahaman dalam Psikologi Perkembangan dan Kebutuhan Peserta Didik

Psikologi perkembangan memiliki 2 metode pemahaman, yaitu metode umum dan metode khusus. Pada metode umum, pendekatan yang di pakai dengan pendekatan longitudinal, transversal dan lintas budaya. Dari pendekatan ini terlihat adanya data yang di peroleh secara keseluruhan perkembangan atau hanya beberapa aspek saja dan bisa juga melihat dengan berbagai faktor dari bawaan dan lingkungan, khususnya kebudayaan. Sedangkan pada metode khusus merupakan suatu metode yang akan di selidiki dengan suatu proses alat atau perhitungan yang cermat dan pasti. Dalam pendekatan ini dapat di gunakan dengan pendekatan eksperimen dan observasi.
Beberapa metode dalam psikologi, diantaranya sebagai berikut .
§  Metodologi Eksperimental
Cara ini di lakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen. Penelitian mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen, yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan di telitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya.
§  Obsevasi Ilmiah
Pada observasi ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang di timbulkan tidak dengan sengaja, melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Obsevasi alamiah ini dapat di terapakan pula pada tingkah laku orang-orang yang berada di tokmo serba ada, tingkah laku pendengar kendaraan bermotor di jalan raya, tingkah laku anak sedang bermain, perialku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
§  Sejarah Kehidupan
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui  “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin  di ketahui bahwa dia bukannya kurang pandai, tetapi minatnya sejak kecil memang di bidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.
§  Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang di periksa. Agar itu orang di periksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya , pendapatnya, dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yangb mewawancarai dapat menggali semau informasi yang di butuhkan.
§  Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun secara tertulis pada lembaran-lembaran pertanyaan itu, dan orang yang di wawancarai tinggal membaca pertanyaan yang di ajukan, lalu menjawabnya secara tertulis pula. Jawaban-jawaban nya akan di analisis untuk mengetahuin hal-hal yang di selidiki.

§  Pemeriksaan Psikologi
Pemeriksaan psikologi di sebut juga dengan psikotes. Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik  tertentu yang hanya dapat di gunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. Alat-alat itu dapat di pergunakan untuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seseorang, dan lain-lain dari orang yang di periksa itu.
Pada abad ke 19, di mulai metode psikologi yang di sebut dengan metode psikologi kontemporer, dimana saat itu berkembang dua (2) teori dalam menjelaskan tingkah laku, yaitu psikologi fakultas dan psikologi asosiasi.



a.      Psikologi Fakultas
Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan. Menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam bebderapa ‘fakultas’ yang meliputi : berfikir, merasa dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi menjadi beberapa subfakultas. Kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imajiner, dan sebagainya.
b.      Psikologi Asosiasi
Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah asosiasi ide, yaitu bahwa ide masuk melalui alat indera dan di asosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras dan kedekatan.

A.    Metode Observasi, Klinis dan Metode Etnografi
Objek psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia dalam alam yang komplek dan selalu berubah. Jiwa bukanlah suatu benda yang mati, tetapi sesuatu yang hidup, yang dinamis, selalu berubah untuk maju menunju kesempurnaannya. Oleh karena itu, penggunaan untuk sesuatu metode yang bagaimana baiknya pun pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran yang mutlak, sebab setiap metode pasti punya kelemahan-kelemahan di samping kebaikan-kebaikannya.
Berdasarkan renungan-renungan dan pengalaman-pengalaman maka akan di dapatkan metode-metode sebagai berikut :
1.      Metode yang bersifat filosofis
2.      Metode yang bersifat empiris
Metode yang bersifat filosofis terdapat beberapa macam , antara lain sebagai berikut :
a.      Metode Intutif
Metode ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu penyelidikan atau dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari. Dalam keadaan terakhir itu kita mengadakan penilaian terhadap sesama kita  atau benar-benar ingin kita ketahui keadaannya.langkah-langkah seperti ini kesan-kesan pertamalah yang paling besar perannya dalam pengambilan kesimpulan. Metode ini kurang memenuhi syarat, maka harus di kombinasikan dengan metode-metode lain guna memperoleh kesimpulan yang valid.
b.      Metode Kontemplatif
Metode ini dengan jalan merenungkan ob jek yang akan di ketahui dengan mempergunakan kemampuan berfikir. Alat utama yang di pergunakan adalah pikiran yang benar-benar sudah dalam keadaan objektif. Dalam arti, murni tidak tercampur dengan alat-alat yang lain serta tidak tercampur dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang bersifat lahiriah dan biologis.
c.       Metode Filosofis Religius
Metode ini di gunakan dengan mempergunakan materi-materi agama, sebagai alat utama meneliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam agama merupakan kebenaran-kebenaran absolute dan pasti benar.
Metode yang bersifat empiris dapat di bagi menjadi beberapa metode seperti yang di uraikan berikut ini.
1.      Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang paling dasar di lakukan dari semua metode yang ada, yakni mengadakan pengamatan secara cermat, dan sistematis serta membutuhkan adanya keluwesan tertentu ( tidak kaku ). Obsevasi dapat melalui tiga cara, yaitu :
a.      Metode Introspeksi
Istilah “introspeksi” berasal dari bahasa latin  ( intro : dalam; dan spektare : melihat ). Jadi, pada introspeksi individu mengalami sesuatu, dan ia dapat sendiri mengamati, mempelajari apa yang di amati itu. Metode intropeksi sering juga di sebut “ retropeksi “, yang berarti meliahat kembali. Menurut Wilhelm Wundt (jerman ), istilah introspeksi ( retro = kembali; dan rektare = melihat ). Dapat di mengerti karena dengan metode ini, penyelidik melihat kembali peristiwa-peristiwa kejiwaan yang telah terjadi dalam dirinya sendiri, dan bukan apa yang sedang terjadi di dalam dirinya, sehingga istilah retrospeksi akan lebih tepat dari pada introspeksi.
Kelemahan-kelemahan dalam metode introspeksi :
·         Kesulitan pada manusia melakukan dua tugas menghayati dan mengingat kembali.
·         Pada introspeksi, faktor ingatan kadang-kadang menghambat proses, yaitu adanya faktor-faktor kelupaan dan pencampuradukan antara fantasi dan ingatan.
·         Kekurangan perbendaharaan bahasa di dalam melukiskan kembali peristiwa-peristiwa jiwa yang sudah dan sedang terjadi.
·         Kadang-kadang di ragukan objektivitasnya oleh karena adanya ketidak jujuran ( rasa segan, malu dan perasaan-perasaan lain yang menunjukkan kelemahan sendiri ).
b.     Metode Instrospeksi Eksperimental
      Istilah “ instrospeksi eksperimental “ ialah suatu metode introspeksi yang di laksanakan dengan mengadakan eksperimen-eksperimen secara sengaja dan dalam suasana yang di buat. Metode ini merupakan penggabungan dari metode introspeksi dan eksperimen. Pada introspeksi murni, hanya diri penyelidik yang menjadi objek, akan tetapi pada introspeksi eksperimental, jumlah subjek terdiri atas beberapa  orang yang di eksperimentasi, sehingga dengan banyak nya subjek penelitian , hasilnya akan lebih bersifat objektif.
      Sifat subjektivitas dari metode introspeksi dapat di atasi dengan menggunakan subjek yang lebih banyak. Penyusun metode ini adalah seorang murid Wilhelm Wundt bernama Oswald Kuple, yang kemudian mendirikan mazhab Wurzburg di Jerman.

c.      Metode Ekstrospeksi
      Arti kata ekstrospeksi ialah melihat keluar ( ekstro =keluar, dan speksi berasal  dari bahasa latin, sopektare = melihat ). Jadi, ekstrospeksi adalah suatu metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang di tunjukkan dari mimic dan pantomimik orang lain.
      Dalam penelitian yang di lakukan secara observasi atau langsung ke lapangan, ada beberapa jenis yang di lakukan, yakni observasi tak sistematik, observasi alami, observasi terkendali dan observasi pada studi kasus.
o   Observasi tak sistematik, yaitu observasi yang di lakukan secara tidak berurutan atau beraturan.
o   Observasi alamiah atau naturalistik, yaitu observasi yang di lakukan dalam seting alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang di teliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yang melakukan penelitian.
o   Observasi terkendali ( controlled ), jenis observasi ini di lakukan untuk memperbaiki observasi alami yang kurang sistematik dengan memberiakan stimulus kepada orang yang akan di amati dalam seting alamiah, untuk mengetahui sejauh mana stimulus itu berpengaruh dalam perilaku.
2.      Metode Klinis
      Kata klinis berasal dari kata kline, yang berarti tempat tidur, klinoo =berbaring, kliniek =lembaga untuk meneliti dan menyembuhkan penyakit. Maka metode klinis adalah nasihat dan bantuan kedokteran, yang di berikan kepada para pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang di terapkan dalam psikologi ialah kombinasi dari bantuan medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap pasien.

3.      Metode Etnografi
      Etnografi merupakan salah satu dari sekian pendekatan dalam penelitian kualitatif. Dalam istilah yunani, ethos berarti masyarakat, rasa tau sebuah kelompok kebudayaan dan etnografi berarti sebuah ilmu yang menjelaskan cara hidup manusia. Pada perkembangan selanjutnya, dalam etnografi terjadi banyak perdebatan tentang cara bagaimana manusia ( baca : peneliti-‘self’ ) menjelaskan cara hidup manusia lainnya ( ‘yang di teliti’-other ‘ ) –termasuk di dalamnya tentang cara-cara bagimana peneliti melihat ‘yang lainnya’ untuk kemudian ‘menceritakannya’ kepada manusia lainnya ( baca : orang-orang yang ‘berkepentingan’ terhadap manusia ‘yang di teliti’ ). Etnografi juga di artikan sebagai sebuah pendekatan untuk mempelajari tentang kehidupan sosial dan  budaya sebuah masyarakat, lembaga dan seting lain secara ilmiah, dengan menggunakan sejumlah metode penelitian dan teknik pengumpulan data untuk menghindari bias dan memperoleh akurasi data yang meyakinkan.
      Secara umum, etnografi di sebut sebagai ‘menuliskan tentang kelompok masyarakat’. Secara khusus hal tersebut juga berarti menuliskan tentang kebudayaan sebuah kelompok masyarakat.

B.     Pendekatan Longitudinal, Transversal, Sekuensial, dan Lintas Budaya
            Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya.
1.      Pendekatan Longitudinal
      Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang di lakukan  dengan cara menyelidiki perkembangan manusia dalam jagka waktu yang lama atau sebagian waktu dari hidup manusia tersebut, misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai akhir hidupnya atau sebagian dari hidupnya.
      Pendekatan longitudinal mempunyai kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan pendekatan longitudinal ini adalah sebagai berikut :
a.       Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisis terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
b.      Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan baik secara pribadi maupun dalam kelompok.
c.       Memungkinkan melakukan analisis terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun pengalaman, karena data yang di peroleh berasal dari anak yang sama.
d.      Memberiakan kesempatan untuk menganalisis efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.
                        Kelemahan dari pendekatan longitudinal yaitu sebagai berikut ;
a.       Membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.
b.      Memerlukan banyak peneliti yang memungkinkan memiliki pengalaman yang berdeda-beda.
c.       Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang di lakukan, misalnya pindah tempat atau meninggal.
2.      Pendekatan Transversal atau Cross-Secional
      Pendekatan transversal atau cross-secional adalah pendekatan dalam penelitian yang di lakukan dengan cara menyelidiki perkembangan manusia dari beberapa kelompok dalam jangka waktu yang relatif singkat. Pada pendekatan ini, peneliti dilakukan terhadap beberapa subjek yang di kelompokkan, misalnya di kelompokkan menurut usia subjek yang di teliti secara berurutan ( 14 tahun,15 tahun, 17 tahun ). kemudian kelompok yang berbeda tersebut dapat di bandingkan dalam beberapa hal, seperti IQ, memori, emosi, cara bergaul dengan teman sebaya, dan sebagainya.
      Pendekatan cross-sectional adalah suatu pendekatan yang di pergunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative singkat. Dalam pendekatan ini, penelitian di lakukan terhadap orang-orang atau kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Studi cross yang umum dapat mencakup sekelompok anak berusia 5 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun; kelompok lain dapat  mencakup kelompok anak remaja dan orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun.
3.      Pendekatan Sekuensial
      Pendekatan sequensial ( sekuensial ) adalah pendekatan kombinasi dari pendekatan longitudinal dan cross-sectional. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk membandingkan perbedaan individual dan perkembangan. Kombinasi dari longitudinal dan dan cross-sectional dapat menyajikan gambaran perkembangan yang lebih lengkap dari pada di lakukan pendekatan secara terpisah.
      Meskipun pendekatan ini kompleks, mahal dan lama, namun benar-benar memberikan informasi yang tidak mungkin di peroleh dari pendekatan cross-sectional dan pendekatan longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor ( generasi ) pada perkembangan rentang waktu.
4.      Pendekatan Cross-Culture ( Lintas-Budaya )
      Pendekatan cross-culture adalah pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan maupun kebudayaan yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia. Pendekatan ini di lakukan terhadap beberapa kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan atau tes pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan  pengumpulan data lainnya untuk di analisis persamaan dan perbedaannya.
      Pendekatan crosss-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini banyak di gunakan untuk mengetahui persamaan-persamaan perkembangan anak pada latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

C.    Teori kebutuhan Peserta Didik
            Setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang hendak di penuhi. Menurut Alfrooz ( 1996 ), kebutuhan (need ) adalah : “ A natural requirement with, should be satisfield in order to secure a better organic compatibility “. Sedangkan Caplin ( 2002 ) mendefinisikan need ( kebutuhan ) sebagai : (1) satu subtansi selular yang harus di miliki oleh organism; (2) lebih umum, segala kekurangan, ketiadaan / ketidak sempurnaan yang di rasakan seseorang , dengan demikian, dapat di pahami bahwa kebutuhan merupakan keperluan azazi yang harus di penuhi, kebutuhan muncul karena ketidakseimbangan dalam diri individu.
            Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow melakukan observasi terhadap perilaku monyet . berdasarkan pengamatannya, di dapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih di utamakan di bandingkan dengan kebutuhan yang lainnya.  Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih saying, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan akan aktualisasi diri. Maslow member hipotensis bahwa individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Menurut Maslow, pemuas berbagai kebutuhan di dorong oleh kedua kekuatan, yakni motivasi kekurangan ( deficiency motivation ) dan motivasi perkembangan ( growth motivation ). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang  ada, sedangkan motivasi pertumbuhan di dasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari setiap manusia.
            Maslow menyebutkan empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis, kemudian berhenti dengan sendirinya. Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini pada kebutuhan-kebutuhan tadi seperti rasa aman, cinta bdan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Masing-masing hierarki kebutuhan di uraikan seperti berikut.
1.      Kebutuhan Fisiologis
      Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur dan oksigen.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa di atasi. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.
2.      Kebutuhan Akan Rasa Aman
      Kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam, seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar.
3.      Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
      Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antar pribadi seperti kebutuhan untuk member dan menerima cinta.
Maslow mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang member dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia  akan hanyut dalam gelombang permusuhan dan kebencian.
4.      Kebutuhan Akan Penghargaan
      Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan.
5.      Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
      Merupakan tingkat terakhir dari kebutuhan dasar Maslow. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk di hargai terpenuhi. Akan tetapi, selama tahun1960-an ia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandies memliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hierarki, melainkan mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi, seperti apatisme, kebosanan, putus asa, idak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
            Menurut Maslow, meta kebutuhan dan meta patologi untuk mengakltualisasikan diri terdiri atas berikut ini :
a.       Meta kebutuhan
b.      Kebenaran
c.       Kabaikan
d.      Keindahan atau kecantikan
e.       Keseluruhan ( kesatuan )
f.        Dikotomi-transedensi
g.      Berkehidupan ( berproses, beribah tetapi tetap pada esensinya )
h.      Keunikan
i.        Kesempurnaan
j.        Keniscayaan
k.      Penyelesaian
l.        Keadilan
m.    Keteraturan
n.      Kesederhanaan
o.      Kekayaan ( banyak variasi, majemuk, tidak ada yang tersembunyi, semua sama penting ).
p.      Tanpa susah payah ( santai, tidak tegang )
q.      Bermain ( fun, rekreasi, humor )
r.        Mencakupi diri sendiri
s.       Meta patologi
            Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti berikut,
a.       Apatisme
b.      Kebosanan
c.       Putus asa
d.      Tidak punya rasa humor lagi
e.       Keterasingan
f.        Mementingkan diri sendiri
g.      Kehilangan selera dan sebagainya.
            Maslow mengatakan bahwa pendidikan yang baik dan profesional serta tidak harus menanggapi potensi individu untuk tumbuh menjadi orang aktualisasi diri. Sepuluh poin / hal yang harus diketahui dan di pahami adalah sebagai berikut .
1.      Kita harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri batin mereka dan mendengar perasaan mereka-suara batin.
2.      Kita harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya mereka dan menjadi warga negara dunia.
3.      Kita harus membantu orang untuk menemukan panggilan mereka dalam hidup, panggilan mereka, nasib atau takdir.
4.      Kita harus mengajar orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada suka cita yang harus di alami dalam kehidupan, dan jika tidak orang yang terbuka untuk melihat yang baik dan gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat hidup layak.
5.      Kita harus menerima orang seperti dia atau dia dan membantu orang belajar sifat batin mereka. Dari pengetahuan yang sebenarnya bakat dan keterbatasan kita bisa tahu apa yang harus membangun di atas apa potensi yang benar-benar ada.
6.      Kita harus melihat itu kebutuhan dasar orang di penuhi. Ini mencakup keselamatan, belongingness dan kebutuhan harga diri.
7.      Kita harus refreshen kesadaran, mengajar orang untuk menghargai keindahan dan hal-hal baik lainnya di alam dan dalam hidup.
8.      Kita harus mengajar orang bahwa kontrol yang baik dan lengkap meninggalkan yang buruk. Di butuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua daerah.
9.      Kita harus mengajarkan orang untuk mengatasi masalah sepele dan bergulat dengan masalah serius dalam kehidupan. In I termasuk masalah ketidakadilan, rasa sakit, penderitaan dan kematian.
10.  Kita harus mengajar orang untuk menjadi pilihan yang baik. Mereka harus di beri latihan dalam membuat latihan dalam membuat pilihan yang baik.
            Kebutahan akan aktualisasi diri mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Maslow menyebut Hierarki Kebutuhannya sendiri sebagai sintesis ataun perpaduan teori yang holistik dinamis. Maslow mendasarkan teorinya dengan mengikutin tradisi fungsional James dan Dewey, yang di padu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein, dan psikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich, Jung, dan Adler.

D.    Implikasi Kebutuhan Individu Peserta Didik Terhadap Pendidikan
Pemikiran Maslow tentang teori herarki kebutuhan individu sudah di kenal luas, namun aplikasinya atau terapan untuk kepentingan pendidikan siswa disekolah tampaknya belum mendapat perhatian penuh.Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan kebutuhan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya.
·         Kebutuhan Jasmanai
Sesuai dengan teori herarki kebutuhan Maslow , kebutuhan jasman merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat instinktif. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat berpengaruh  padaperkembangan pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik, serta terhadap proses belajar mengajar  disekolah.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani peserta didik, sekolah bisa melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
-          Memberikan pemahaman kepada peserta diik tentang pentingnya hidup sehat dan teratur.
-          Menanamkan kesadaran kepada peserta didik agar mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi dan vitamin yang tinggi.
-          Memberikan waktu kepada peserta didik untuk beristirahat.
-          Memberikan pendidikan jasmani.
-          Memberikan berbagai sara disekolah  agar peserta didik dapat bergerak bebas, bemain, berolahraga, dan lain- lain.
-          Membuat bangunan sekolah dengan memperhatikan sirkulasi udara, pencahayaan, sebagai peserta didik dapat belajar dan beraktivitas dengan nyaman.
-          Mengatur temapat duduk mereka sesuai dengan keadaan fisik mereka.
-          Menyediakan ruang kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperature yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
-          Menyediakan kamar mandi/ toilet dalam jumlah yang seimbang.
-          Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang kondusif dan representative
·         Kebutuhan Rasa Aman
Rutter(1979) mengatakan bahwa kondisi sekolah yang baik dan pondasi yang kuat membuat tingkah laku dan akademi peserta didik cenderung baik. Murphi(1985) menyatakan bahwa sekolah yang efektif di tentukan oleh lingkungan yang aman dan rapi. Mereka bedua mempunyai pendapat dalam dua dimensi. Dimensi yang pertamayaitu : siswa tak merasa terancam atau ketakutan, merasa aman dan senang saat berada disekolah. Dimensi kedua adalah bahwa sekolah merupakan sebuah sistem penjagaan dan pelaksanaan disiplin.
Contoh pemenuhan kebutuhan rasa aman
-          Sikap guru : menyenangkan ,mampu mneunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersikap menghakimi.
-          Adanya ekspektasi yang konsisten.
-          Mengendalikan perilaku siswa dikelas/ sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplianan siswa secara adil.
-          Lebih banyak memberikan penguatan perilaku( reinforment) melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemeberian hukuman atas perilaku negative siswa.
·         Kebutuhan Akan Kasih Sayang
Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan merasakan senang, betah dan bahagia berada di sekolah, seakan- kaan memperoleh motivasi belajar diskolah. Akan tetapi , jika murid merasa yang sebaliknya maka itu akan membuat mereka malas belajar.
Contoh Pemenuhan Kasih Sayang Atau Penerimaan
-          Hubungan Guru dengan Siswa
ü  Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empati, peduli, dan interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka, serta dapat menjadi pendengar yang baik.
ü  Guru dapat menerapkan pembelajaran individual dan dapat memahami siswanya( kebutuhan, potensi, minat, karaktersitik, kepribadian dan latar belakangnya).
ü  Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif daripada yang negative.
ü  Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya.
ü  Guru dapat menjadi penolong yang bisa di andalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.
-          Hubungna Siswa dengan Siswa
ü  Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik dan saling percaya diantara siswa.
ü  Sekolah dapat menyelengggarakan class metting, melalui berbagai forum, seperti olah araga atau kesenian.
ü  Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan  pembelajaran.
ü  Sekolah mengembangkan tutor sebaya.
ü  Seklah mengembangkan bentuk- bentuk ekstra kurikuler yang beragam.


·         Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan ini menyebabkan peserta didik memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui ditengah- tengah masyarakat. Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan orang lain. Oleh sebab itu, untuk menimbulkan rasa berharga dilingkungan mereka, guru dituntut untuk melakukan hal berikut :
-          Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh.
-          Menghargai pendapat dan pilihan siswa.
-          Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka pada suatu kelompok sesuia dengan pilihan mereka sendiri.
-          Guru harus menunjukkan kemampuan secara maksimal dan penuh percaya diri dihadapan peserta didiknya.
-          Guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif.
-          Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif.
-          Menyediakan program makan siang yang higienis, murah atau bahkan gratis.
-          Contoh Pemenuhan Harga Diri
ü  Mengembangkan Harga Diri Siswa
§  Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya.
§  Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
§  Memfokuskan pada kekuatan dan asset yang dimiliki setiap siswa.
§  Mengembangkan strategi pembelajaran yang bevariasi.
§  Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan.
§  Ketika harus mendisiplinkan sisw, sedapat mungkin dilakukan secara pribadi, tidak didepan umum.
ü  Penghargaan Dari Pihak Lain
§  Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemooh.
§  Mengembangkan program “star of the week”.
§  Menegmbangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yag diperoleh siswa.
ü  Pengetahuan dan Pemahaman
§  Memberikan kesempatan kepada siswa unutk mengeksplorasi bidang- bidang yang diketahuinya.
§  Menyediakan pembelajaran yang memeberikan tantangan intelektual melalui pendekatan discovery-inquiry.
§  Menyediakan topik- topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam.
ü  Estetika
§  Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik.
§  Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenagkan.
§  Memelihara sarana dan pra sarana ang ada di sekeliling sekolah.
§  Ruangan yang bersih dan wangi.
§  Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah.
·         Kebutuhan Akan Rasa Bebas
Peserta didik harus memiliki kebutuhan akan rasa bebas agar tidak menyebabkan mereka frutasi, merasa tertekan dan lain sebagainya. Mereka juga harus diberikan rasa kebebasan yang memadai.
Contoh Pemenuhan Kebutuhan Akan Rasa Bebas
ü  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan yang terbaik baginya.
ü  Memberikan kebebasan untuk siswa menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
ü  Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata.
ü  Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif.
·         Kebutuhan Akan Rasa Sukses
Sehubungan dengan kebutuhan akan rasa sukses/ berprestasi , Mc Cielland juga mengajukan teori tentang kebutuhan yang dikenal cukup luas, dengan membagi 3 jenis kebutuhan sebagai berikut :
ü  Need for Acchievement atau N-Ach ( kebutuhan untuk berprestasi) yaitu kebutuhan untuk bersaing atau melampaui standar pribadi. Mc Cielland menemukan ciri-ciri individuyang memiliki kebutuhan ini, antara lain sebagai berikut :
§  Menyenangi sistuasi dimana ia bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
§  Menyenangi umpan balik(feedback) yang cepat, nayat dan efisien atas segala perbuatannya.
§  Dalam menentukan prestasinya, ia lebih memilih resiko yang besar.
§  Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif.
§  Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
ü  Need for Power atau N-Pow ( kebutuhan untuk berkuasa) yaitu suatu kebutuhan untuk memberikan kesan atau memberi pengaruh atas orang lain dianggap sebagai orang yang berkuasa. Ciri- ciri orang yang memiliki kebutuhan ini adalah :
§  Senang dalam menentukan kegiatan organisasi tempat ia bernaung.
§  Sangat peka terhadap struktur pengaruh anatr pribadi dari kelompok atau organisasi.
§  Senang menjadi anggota organisasi yang mencerminkan prestise.
§  Berusaha menolong orang lain walau tidak diminta.
ü  Need for Affiliation atau N- Aff ( kebutuhan untuk berafiliasi), yaitu kecenderungan beberapa individu untuk mencari atau menjalin persahabatan dengan orang lain tanpa melihat statusnya. Ciri-ciri orang yang memiliki kebutuhan seperti ini adalh :
§  Lebih senang berkumpul dengan orrang lain.
§  Sering berhubungan dengan orang lain.
§  Lebih memperhatikan aspek hubungan pribadi.
§  Mencari persetujuan atau kesepakatan dengan orang lain.
§  Lebih aktif dalam melakukan pekerjaan.

E.     Perkembangan Fisik, Genetik, Dan Lingkungan Peserta Didik
Perkembangan fisik disebut juga sebagai pertumbuhan biologis yang merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal sangat penting bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, sebab pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, baik secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung, pertumbuhan fisik ini akan menentukan keterampilan mereka dalam bergerak. Sedangkan secara langsung, pertumbuhan atau perkembangan fisik mempengaruhi cara peserta didik memandang dirinya sendiri dan orang lain.

·         Keadaan Berat Dan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah
Badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada tubuh bagian bawah sampai anak berusia 6 tahun. Selama akhir anak-anak, tinggi badan bertambah 5-6% dan badanya bertambah hingga 10% per tahun, saat anak berumur 6 tahun tinggi rata- ratanya adalah 46 inchi dan beratnya 42,5 kg dan pada saat berumur 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inchi dan bertanya 40-42,5 kg.
Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya, kaki dan tangan lebih panjang sedangkan dada dan panggul lebih besar. Pada waktu yang sama, masa dan kekuatan otot secara perlahan bertambah dan gemuk bayi (bayi fat)berkurang, pertambahan kekuatan otot ini bisa karena faktor keturunan dan latihan( olahraga).

F.     Implikasi Genetik dan Lingkungan Terhadap Pendidikan
Mc Devitt dan Ormrod (2002) merekomendasikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik dan lingkungan bagi perkembangan peerta didik, yaitu seperti berikut :
a.       Memahami dan menghargai perbedaan- perbedaan individual anak
b.      Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi setiap aspek perkembangan.
c.       Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan
·      Perkembangan Otak
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang diciptakan Allah SWT, untuk mengindera dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Otak bukan sekedar suatu gumpalan keriput dalam tengkorak manusia, tetapi sesungguhnya otak menjalar keseluruh tubuh.
Otak adalah organ yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta. Otak adalah satu-satunya bagian tubuh yang paling berkembang dan secara otomatis dalam mempelajari dirinya sendiri.Otak adalah organ yang apabila dirawat dan dipelihara scecara baik dan teratur dapat bertahan hingga 100 tahun.Sama seperti aspek-aspek perkembangan lainnya, perkembangan otak juga dipengaruhi oleh interaksi hereditas dan lingkungan.
Perkembangan otak terjadi sejak mulai masa prenatal, yakni kira-kira 25 hari setelah konsepsi.Pada awal masa ini otak terlihat seperti tabung yang tidak rata dan sangat halus.Tabung- tabung halus ini berisi sel-sel dan membentuk kantong-kantong dan ruang-ruang. Ruang –ruang tersebut terbagi menjadi 3 ruang yaitu :forebrain(otak depan), mildbrain (otak tengah), hindbrain(otak belakang).
Perkembangan otak pada masa prenatal ini menentukan perkembangan anak selanjutnya setelah ia lahir, karena pada masa prenatal ini janin sudah dilengkapi dengan sebuah sel saraf (neuron)yang akan dimilikinya selama ia hidup. Menurut ahli saraf, sel otak tidak akan di produksi lagi setelah anak tersebut lahir , tetapi perkembangan otak setelah lahir terarah pada penambahan jumlah jaringan antar neuron. Jika jumlah jaringan antar neuron maningkat , maka anak akan mampu berpikir tentang hal-hal yang lebih kompleks(Treys,2004).
Saat dilahirkan, otak bayi memiliki 10 miliar neuron.Neuron-neuron ini kemudian membentuk ribuan sambungan antar neuronyang dendrit.Dendrit ini mengalami secara dramatis hingga bayi berusia 2 tahun. Saat bayi berusia 2 bulan, dendritnya sudah mencapai 50 sampai 1000 triliun myelin yang memungkinkan neuron mentransmisikan pesan-pesan lebih cepat ( Mc Devit & Ormrod,2002).
ü  Masa pubertas (10-14 Tahun)
Akhir usia sekolah anak akan memasuki masa yang disebut dengan “pubertas” yaitu awal terjadinya pematangan seksual. Biasanya anak perembuan 2 tahun lebih awal memasuki masa pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa pubertas ini terjadi perubahan fisik yang dramatis yang disebut juga dengan “growth spurt” (percepatan pertumbuhan) dimana terjadi perubahan pertumbuhan baik diseluruh bagian fisik, pertambahn berat badan dan tinggi badan, proposisi dan bentuk tubuh, maupun kematangan seksual.
Perubahan-perubahan fisik pada masa pubertas disebabkan oleh matangnya kelenjar pituitary, yaitu kelenjar endoktrin yang berhubungan dengan otak, tepat berda dibawah hipotelamus.Kelenjar ini memiliki beberapa hormon, yaitu hormone pertumbuhan, gonadopropik, dan hormon kortikoprotik.Hormon gonadoprotik mempercepat pematangan sel-sel telur dan sperma hingga mempengaruhin produksi hormon seks.Sedangkan hormon kortikotropik mempenagruhi kelenar suprarenalis. Hormone seks, yaitu testosterone pada anak laki-laki dan esterogen pada anak perempuan bersama-sama dengan hormon perumbuhan  dan suprarenalis memperngaruhi pertumbuhan anak. Pada gilirannya disebut dengan percepatan pertumbuhan.
Percepatan pertumbuhan terjadi hanya selama 2 tahun, setelah berakhirnya fase ini anak memasuki kematangan seksual.Percepatan pertumbuhan selama masa puberta juga terjadi pada proposi tubuh, yang sebelumnya percepatan pertumbuhannya terlalu kecil, tetapi masa pubertas menjadi lebih besar.
Kematangn seksual ditandai dengan perubahan ciri-ciri seks primer(primery seks characteristics)dan ciri-ciri seks sekunder(secondary seks characteristics).
a.       Perubahan Ciri-Ciri Seks Primer
Ciri-ciri primer anak laki-laki ditunjukan dengan pertumbuhan dari batang kemaluan(penis) dan kantung kemaluan(skrotum)yang terjadi sejak usia anak sekita 12 tahun dan terjadi selam 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum.Pada skortum terdapat 2 buah testis yang bergantung dibawah penis.Testis ini sudah anak sejak anak dilahirkan tetapi hanya 10% dari ukuran matangnya, testis mencapai ukuran kematangannya saat anak berusia 20-21 tahun.
Pada anak perempuan perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi, yaitu disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali oleh anak perempuan. Menstruasi yang dialami anak perempuan sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur(ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut di bagian bawah wanita, dekat dengan uterus, yang berfungsi memproduksi sel-sel telur( ovum) dan hormone estrogen dan progesterone.
Tugas progesterone bertuagas mematangkan dan mempersiapkan sel telur(ovum) sehingga siap dibuahi. Sedangkan hormon esterogen adalah hormone yang mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang( pembesaran payudara dan pinggul, suar, dan lain-lain). Hormon ini yang mengatur siklus haid dan menyebabkan ovarium, uterus, vagina, labia, dan klitoris berkembang pesat.
b.      Perubahan Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses reproduksi, tetapi merupakan tanda-tanda perbedaan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Tanda-tanda jasmaniah yang terjadi pada anak laki-laki adalah tumbuhnya kumis, janggut, jakun, bahu dan dada lebar, suara berat, tumbuh bulu ketiak, dada, kaki dan lengan dan sekitar kemaluan serta otot-otot menjadi kuat.Sedangkan perempuan terlihat pada payudara dan pinggul membesar, suar menjadi halus, tumbuh bulu ketiak dan disekitar kemaluan.
Mc Devitt dan Ormrod merekomendasikan beberapa hal pentingyang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetic dan lingkungan bagi perkembangan peserta didik.
§  Memahami dan memahami prbedaan-perbedaan individual anak.
§  Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi setiap aspek perkembangan.
§  Menentukan siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.

G.    Implikasi Perkembangan Otak terhadap Pendidikan
Otak anak memang mempunyai kemampuan untuk menyusun ribuan sambungan neuron. Namun kemmapuan itu berhenti saat ia usia 10 samapai 11 tahun jika dikembangkan dan digunakan. Untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif anak, proses kematangan otak harus diiringi dengan peluang-peluang untuk mengalami peluang yang makin luas.Dalam hal ini, pendiidkan harus menguasai keterampilan yang memungkinkan otaknya berkembang.

Otak adalah mata air yang seharusnya dialirkan secara berangsur-angsur, bukan sebagai wadah yang harus diisi secara penuh.Oleh karean itu, pendidikan seharusnya merupakan upaya mengembangkan sebagai potensi anak, melatih pengamatan dan pengambilan keputusan, merangsang pemikirn dan imajinasi, memperdalam pemahaman dan memperkuat konsentrasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hosnan,M.2016.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Jakarta : Ghalia Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar